Selasa, 14 September 2010

Suatu ketika, seorang kawan yang bekerja di salah sebuah lestoran Italia di KL ( Kuala Lumpur ) bertutur bahwa ia sering melihat pengusaha asal Indonesia makan di tempatnya bekerja. Saya sangat tertarik dengan kisah ini dan hingga kini masih mengingatnya, bukan karena siapa pengusaha itu, akan tetapi karena jumlah uang yang dikeluarkan pengusaha tadi, untuk sekali makan dengan dua rekanannya."RM 1500!’ begitulah kawan tadi menuturkan.

"Mustahil!" Jawab saya. Maklum, karena selama ini saya hanya tahu Warteg dan Warung padang, untuk sekali makan paling mahal Rp. 15.000. Kalaupun 3 orang berarti Rp. 45.000. Sedangkan ini, makan bertiga menghabiskan RM. 1500. Saat itu setara dengan Rp. 3000.000. Inilah yang tidak saya percaya.

Merasa tidak dipercaya, kawan tadi kemudian merinci apa saja yang dimakan jutawan Indonesia tadi. Beberapa angka yang disebutkan masih rasional memang, namun ada satu hal yang tetap tidak bisa saya terima. Menurutnya, dalam acara makan tersebut pengusaha bersangkutan dan dua rekanannya menghabiskan satu botol minuman keras seharga 700 Ringgit."Betulkah?" Gumam saya dalam hati tanpa memperpanjang perdebatan.

Lama cerita minuman keras seharga RM 700 tersebut tidak saya percayai, hingga suatu ketika saya transit di Changi airport Singapore dan menyempatkan diri untuk melihat-lihat harga minuman keras di salah satu toko bebas cukai. Di situlah saya baru merasa berdosa dengan kawan tadi. Kenyataanya saya malah menemukan angka-angka yang jauh lebih tinggi dari apa yang disebutkan kawan saya.

Anda boleh saja melihat cerita saya ini dari sudut pandang lain. Boleh-boleh saja anda melihat betapa banyak orang Indonesia yang kelebihan uang seperti pengusaha dalam kisah tadi. Akan tetapi hal yang paling menarik bagi saya adalah sebuah isyarat bahwa ternyata neraka tidaklah geratis, bahkan mahal!.

Realita mahalnya neraka ini bukan hanya pada kasus miras. Lihatlah berbagai sarana lain yang dapat membawa seseorang ke neraka; judi, zina, sabu-sabu, heroin, ganja dan berbagai hal lainnya, tidak ada yang cuma-cuma. Judi misalnya, mana ada orang berjudi tanpa modal, tukang becak mungkin hanya taruhan uang ribuan, namun pengusaha bisa jadi bertaruh milyaran.

Pun demikian zina, tak ada yang geratis di sana. Kalaupun ada yang bilang suka sama suka, tetap saja memerlukan biaya. Minimal untuk tetap menjaga penampilan, dan itu kadang memerlukan biaya extra. Lebih-lebih kalau zina dilakukan dengan penjaja cinta. Angka 10.000 barangkali hanya kelas rel kereta, kelas pejabat dan pengusaha lain lagi ceritanya. Rp. 5000.000 bisa jadi angka yang terkecil untuk sekali membeli neraka. Hal yang sama juga terjadi pada extasy, sabu-sabu, heroin dan lain sebagainnya.

Fakta seperti inilah yang telah lama diisyaratkan oleh Ibnu Qoyim saat mengatakan bahwa dosa hanya akan membawa kehancuran; jika tidak menyebabkan hilangnya harta, atau rusaknya badan, maka akan membawa derita di akhirat. Nah fenomena diatas adalah bukti betapa neraka ( dosa ) hanya menyebabkan hilangnya harta, dan tentunya, sebagaimana yang dinyatakan Ibnu Qayim, efek negatif sebuah dosa tidak berhenti sampai disini, giliran berikutnya adalah fisik dan kejiwaan.

Memang dampak negatif pada fisik lebih sering tidak secara langsung, dan Allah sendiri telah mengisyaratkan hal tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya;

"Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimangan di dalam kesesatan mereka. ( QS. Yunus: 11)

Meskipun demikian bukan berarti pelaku dosa, sepanjang hidupnya terbebas dari dampak tersebut. Lihatlah betapa manusia saat ini sangat ketakutan dengan AIDS, dan itu adalah salah satu dampak negatif dari perbuatan dosa, terutama yang berhubungan dengan sexs bebas dan narkotika. Sedang minuman keras tentunya memiliki dampak negatif dalam bentuknya yang lain. Dr. Morton Walker dalam bukunya Sexual Nutrion, menyimpulkan bahwa miras dapat menurunkan produksi testosterone dalam tubuh, akibatnya seseorang yang minum minuman keras akan menjadi editansil ( ejekulasi dini tanpa hasil ) alias lemah syahwat dan bahkan impotensi permanen.

Karena efek negatif secara fisik ini lebih sering tidak langsung, maka tak jarang mereka yang menerima dampak ini tidak sadar jika hal-hal negatif yang mendera fisiknya akibat perbuatan dosa yang dilakukan. Karena itu Allah kemudian mengingatkan dalam sebuah ayat-Nya:

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar" (QS. Asyuura: 30 )

Salah seorang Salaf as-Shalih dahulu pernah mengatakan, saat dirinya dirundung musibah;" Saya tahu musibah ini akibat dosa yang telah aku lakukan empat puluh tahun yang lalu"

Jika efek negatif secara fisik lebih cenderung tidak langsung, maka efek negatif secara kejiwaan akan bereaksi langsung, minimal sesaat setelah perbuatan dosa dilakukan; Keresahan, ketakutan, ketidak tenangan, kekhawatiran yang berlebihan, dan berbagai perasaan senada lainnya adalah jelmaan dari efek negatif tersebut. Inilah yang dinyatakan oleh Rasulullah dalam sebuah haditsnya:

"Dosa adalah segala suatu yang apabila dilakukan akan membawa keresahan di hati,.." (HR. Ahmad dan daramy )

Akibatnya, jika dosa dilakukan secara terus menerus, jiwa tidak akan pernah merasakan ketenangan, karena nafsu tidak akan pernah bisa dipuaskan dengan jalan menurutinya. Semakin dituruti, semakin tidak puas, bagaikan anjing yang terus menjulurkan lidah dalam kondisi apapun. Begitulah Allah menggambarkan mereka yang senantiasa bergelimang dengan dosa karena menuruti hawa nafsu:

"Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya,.."( QS. al-A’raf: 176 )

Atau bagaikan orang yang mengejar fatamorgana, semakin dikejar bukannya semakin dekat, justru semakin menjauh. Perumpamaan inilah yang dinyatakan Allah dalam ayat-Nya:

"Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun,.."( QS. an-Nuur: 39 )

Puncaknya kepercayaan terhadap diri sendiri bahkan terhadap Tuhan akan hilang. Anehnya dukun, paranormal, peramal, dan mereka-mereka yang disebut sebagai orang pintar malah lebih sering menjadi pelarian, dan ini tentunya tidak geratis. Lagi-lagi biaya yang tidak tergolong sedikit harus dikeluarakan. Dengan demikian biaya untuk membeli nerakapun bertambah mahal!.

Wallahu a'lam

Categories:

0 komentar:

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!